«

»

WASPADA DIFTERI

Veby Yunisa Agnia – Mahasiswi FKM Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Kesehatan merupakan salah satu masalah serius yang harus dihadapi oleh kebanyakan negara maju di dunia. Termasuk Indonesia. Saat ini beberapa daerah di Indonesia tengah mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB). KLB merupakan status yang diberikan pada suatu daerah apabila di daerah tersebut ditemukan beberapa kasus penyakit menular yang sebelumnya tidak pernah ada, atau penyakit yang sudah pernah ada di daerah tersebut namun dalam kurun waktu tertentu jumlah kasus penyakit menular mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Masalah kesehatan yang sedang hangat diperbincangkan di kalangan masyarakat Indonesia yaitu KLB Difteri. Difteri adalah suatu penyakit menular yang sangat berbahaya serta dapat menyebabkan kematian pada 5-10% penderita.

Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae ditandai dengan adanya peradangan pada tempat infeksi, terutama pada selaput bagian dalam saluran pernapasan bagian atas, hidung dan juga kulit. Tanda pertama dari Difteri adalah sakit tenggorokan, demam dan gejala yang menyerupai pilek biasa. Bakteri akan berkembang biak dalam tubuh dan melepaskan toksin (racun) yang dapat menyebar ke seluruh tubuh dan membuat penderita menjadi sangat lemas dan sakit.

Gejala tambahan dari penyakit Difteri yaitu :

  1. Demam lebih kurang 38° C
  2. Adanya bintik-bintik hijau kecoklatan atau keabu-abuan (pseudomembran)
  3. Lemas
  4. Bengkak di area leher seperti leher sapi
  5. Nyeri saat menelan
  6. Kesulitan bernapas

Salah satu faktor yang menyebabkan Difteri menyebar dengan cepat adalah karena adanya orang sehat yang tidak menunjukkan gejala Difteri namun bisa menularkannya pada orang lain. Fenomena ini dikenal dengan carrier. Difteri menular dari manusia ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan penderita, seperti percikan ludah yang keluar saat batuk atau bersin, kontak langsung dengan permukaan kulit atau luka terbuka dari penderita, kontak dengan benda-benda yang terkena kuman Difteri (mainan, alat makan, pakaian, kasur, handuk, dsb). Oleh karena itu, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, etika batuk dengan menggunakan masker atau menutup mulut saat batuk/bersin juga perlu dilaksanakan. Sebagaimana sudah diketahui, penyakit Difteri ditularkan melalui percikan ludah/air liur penderita kepada orang lain yang berada di sekitarnya.

Meski demikian, penyakit Difteri dapat dicegah dengan melakukan imunisasi. Difteri dapat terjangkit apabila seseorang atau kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan imunisasi atau status imunisasinya tidak lengkap sehingga tidak terbentuk kekebalan tubuh terhadap infeksi bakteri Difteri yang pada akhirnya akan mudah terkena Difteri. Imunisasi lengkap sesuai usia menjadi suatu keharusan, karena melalui upaya inilah peningkatan kekebalan Difteri dapat diperoleh secara optimal. Imunisasi untuk mencegah Difteri sudah termasuk ke dalam program nasional imunisasi dasar lengkap, meliputi :

  1. tiga dosis imunisasi dasar DPT-HB-Hib (Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis-B dan Haemofilus influenza tipe B) pada usia 2, 3 dan 4 bulan,
  2. satu dosis imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib saat usia 18 bulan,
  3. satu dosis imunisasi lanjutan DT (Difteri Tetanus) bagi anak kelas 1 SD/sederajat,
  4. satu dosis imunisasi lanjutan Td (Tetanus Difteri) bagi anak kelas 2 SD/sederajat, dan
  5. satu dosis imunisasi lanjutan Td bagi anak kelas 5 SD/sederajat.

Terkait hal tersebut, Kementrian Kesehatan melakukan respon cepat KLB dengan Outbreak Response Immunization (ORI) sebagai langkah pertama upaya pengendalian KLB, yaitu mengimunisasi penduduk yang tinggal di sekitar penderita mulai dari mereka yang tinggal serumah, tetangga dan mereka yang pernah mengengok penderita. ORI mulai dilakukan pada pertengahan Desember 2017 yaitu di 12 Kabupaten dan Kota di 3 provinsi yang terserang KLB. Bulan Januari 2018 ini merupakan jadwal putaran ke dua ORI Difteri. Sementara ORI putaran ke tiga dilakukan 6 bulan kemudian. ORI Difteri perlu dilakukan 3 kali untuk membentuk kekebalan tubuh dari bakteri corynebacterium diphteriae.

Selain dengan melakukan imunisasi, Difteri juga dapat dicegah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Mulai dari menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan. Difteri adalah penyakit yang mudah menular dalam lingkungan buruk dengan tingkat sanitasi rendah. Makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari juga wajib diperhatikan. Jika membeli makanan atau minuman dari luar, maka sudah menjadi keharusan bagi kita untuk memilih warung atau tempat yang bersih. Selain itu, makanan yang dikonsumsi harus mengandung nilai gizi baik agar stamina tubuh tetap terjaga. Cuci tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun dan air mengalir juga perlu dilakukan. Untuk meminimalisir kemungkinan terkena penyakit Difteri, dianjurkan agar menghindari kontak langsung dengan penderita. Jika mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan, segera periksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan terdekat agar dengan cepat ditangani oleh tenaga kesehatan.

Sumber : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

 

Top